3 Puisi Bijak Untuk Ibu
Puisi untuk ibu ini merupakan cerminan rasa terimakasih seorang anak yang sadar akan besar jasa dan pengorbanan dari seorang ibu. Tanpa pamrih, tanpa kenal lelah ia terus berjuang untuk membesarkan, mendidik, dan mendewasakan anaknya.
Sudah sepantasnya anak untuk terus berbakti buat ibunya sampai kapanpun. Untuk sahabat puisi.my.id semua gambaran perjuangan dan ketulusan seorang ibu tersebut tergambar dalam puisi-puisi berikut ini.
PAHLAWAN SEJATIKU
Tak bisa dikata
Tak bisa dieja
Tak juga bisa dihitung dengan angka
Ibu…
Betapa besar pengorbananmu
Betapa besar perjuanganmu
Betapa besar jasamu
Ibu…
Sembilan bulan kau mengandungku
Sembilan bulan juga kau pertaruhkan hidupmu
Rasa sakit saat melahirkanku, tak menghalangi semangatmu
Demi keselamatan bayimu, itu aku ibu..
Ibu…
Dengan sabar dan penuh kasih sayang kau mengasuhku
Membesarkanku, dan mendidikku
Ibu...
Begitu besar pengorbanan dan jasamu
Tak kan bisa kubalas semua itu
Ibu...
Kau adalah pahlawan sejatiku
I love you ibu
Ahmad Noe
21/02/2020
AKU ANAK PANAHMU
By: Hida Koma
Aku adalah anak panah dari busurmu
Pak, bu....
Dan tak ku tahu bagaimana dulu kau lesatkanku
Kekangan yang kau tamengkan
Ataupun pintu terbuka tanpa menarik gagang
Aku tak tahu itu,
Pak, bu...
Tapi jika nanti, saat ini, ataupun sudah terjadi
Pikirku tak seperti pikirmu
Jangan tanyakan atau paksakan
Seperti Kata kahlil Gibran
“Anakmu bukan milikmu
Mereka putra putri sang hidup yang rindu pada dirinya sendiri
Lewat engkau mereka lahir, tapi bukan dari engkau
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu
Sebab pada mereka ada alam pikiran sendiri
Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya
Sebab mereka adalah penghuni masa depan
Yang tiada kau kunjungi sekalipun dalam impian
Kau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
Pun tidak tenggelam di masa lampau
Kaulah busur, anak-anakmulah anak panah yang meluncur
Sang Pemurah mahatahu sasaran bidikan keabadian
Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya hingga anak panah itu melesat jauh dengan cepat
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemurah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap”
Aku dengan
AKU DAN MASA KANAKKU
By: Hida Koma
Kangen dulu masa kanakku
Sawah dan sungai jadi kawan
Air dan batu jadi mainan
Embek dan lembu jadi tunggangan
Guru bajak bapak jadi kendaraan
Sedang sang sapi yag bawa beban
Berbekal pecut
Tinggal cat cit cut sapipun jalan
Kangen dulu masa kanakku
Blokang dan glugu jadi perosotan
Kalau tidak,
Tanah miring dipakai glorodan
Akibatnya,
Celana dan rok jadi berlubang
Lalu oleh ibu,
disulam dan ditambal
meski tak baru
cukuplah dirasa tebal
sehingga esok,
bisa glorodan lagi bersama teman-teman
meski lelah, kotor, panas
tetap asyik kami mainkan
itu dulu, kanak-kanakku
serta mainan selaluku
Ketiga puisi diatas menjadi gambaran betapa masa kecil kita sangat bergantung dengan orang tua kita. Lebih-lebih pada seorang ibu. Untuk itu teruslah berbakti kepada ibu kita, sayangi dan hormatilah dia selayaknya seorang pejuang tanguh yang berjuang tanpa pamrih dan dengan tulus. Semoga tiga puisi untuk ibu diatas dapat memberikan suatu pencerahan untuk kita semua.